Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Di Rahim Ibu, Peradaban Menemukan Alamatnya

 

Ketua DPW PKS Jawa Tengah Hadi Santoso (depan kiri), bersama rombongan BIPEKA DPW PKS Jawa Tengah (baris belakang) Silaturrahi ke kediaman Ustadz Abdul Fikri Faqih (depan tengah) dan Ibu Zubaidah (depan kanan) di Semarang

Oleh: H. Hadi Santoso, S.T., M.Si. -(Ketua DPW PKS Jawa Tengah),  Ayah 3 orang anak

Ada hamasah yang tak selalu riuh dalam pidato, namun nyata di sela jemari para ibu. Kita merasakannya dalam aroma doa yang mengepul di dapur, atau dalam lingkaran hangat saat para akhwat duduk melingkar di ruang tamu. Bagi kami di PKS Jawa Tengah, Ibu adalah syajarah—pohon hayat yang akarnya menghujam ke dalam bumi kesabaran, sekaligus dahan yang meneduhi masa depan.

Ibu adalah sebuah madrasatul ula yang tak pernah mengenal kata libur. Di sanalah kualitas sebuah generasi sebenarnya sedang dipertaruhkan. Jauh sebelum anak-anak mengenal dunia yang bising, mereka lebih dulu membaca karakter melalui binar mata ibunya. Dari rahim merekalah lahir manusia-manusia yang tidak hanya kuat raga, tapi juga merdeka jiwanya.

Di dalam rumah, ibu serupa air yang tenang namun mampu menghanyutkan dahaga. Ia mengalir di antara celah-celah kesulitan ekonomi, membasuh letih keluarga dengan gizi yang diusahakan dari ketulusan. Kadang ia menjadi bayang-bayang; tak perlu tampak di depan, namun selalu hadir dalam setiap langkah tarbiyah keluarga, memastikan tak ada yang tersesat dalam gelap.

Ritme hidupnya seperti pasang surut samudera, tenang namun bertenaga. Ia adalah pengatur detak jantung peradaban, yang mengubah keterbatasan menjadi keberkahan yang cukup bagi seisi rumah. Di tangannya, hal-hal sederhana menjelma menjadi keajaiban yang menjaga kewarasan keluarga di tengah dunia yang makin gaduh.

Kedekatan emosional inilah yang membuat PKS selalu terasa identik dengan sosok ibu. Lihatlah bagaimana Rumah Keluarga Indonesia (RKI) menjadi jembatan yang menyentuh langsung kegelisahan warga. Di sana, PKS bukan lagi sekadar urusan partai, melainkan wujud nyata dari semangat untuk menjadi Pinter, Kreatif, dan Sehat.

Para ibu kader kita adalah mereka yang berjibaku melampaui tugas-tugas organisasi. Mereka bergerak dengan asih dalam tiap-tiap liqo, menjahit kembali robekan-robekan sosial di masyarakat tanpa perlu menunggu tepuk tangan. Bagi partai ini, ibu adalah pusat gravitasi. Tanpa ketangguhan mereka di akar rumput, perjuangan kita mungkin hanya akan menjadi menara gading yang sunyi.

Momentum 22 Desember ini adalah waktu bagi kita untuk berhenti sejenak dan menundukkan kepala. Kita tidak sedang merayakan seremoni tahunan, melainkan sedang mengeja kembali rasa terima kasih yang mendalam. Terima kasih untuk setiap peluh yang jatuh, dan untuk kesabaran yang tak pernah habis membagi hati antara rumah dan medan dakwah.

Kepada para ibu di Jawa Tengah dan seluruh penjuru negeri, kalian adalah alasan mengapa kami tetap tegak berdiri. Kami percaya, jika ibu tetap berdaya, maka keluarga akan sehat. Dan jika keluarga sehat, maka negara ini akan tumbuh dengan martabat yang tinggi.

Jejak langkah kalian adalah cahaya yang selalu menuntun kami pulang pada hakikat perjuangan yang sesungguhnya. Selamat Hari Ibu. Teruslah menjadi jantung yang menghidupkan peradaban ini. humasdpw